Home » » Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta Didik terbaru

Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta Didik terbaru

Written By zainal arifin on Sabtu, 06 Februari 2016 | 08.22

Lampiran 2
Telaah Atas Dokumen Berjudul:
Model Penilaian
Pencapaian Kompetensi Peserta Didik
Sekolah Menengah Pertama(Kemendikbud Ditjen Dikdas Ditbin SMP, 2013) dan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan konseptual memuat ide (gagasan) dalam suatu disiplin ilmu yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan sesuatu objek itu contoh atau bukan contoh, juga mengelompokkan (mengkategorikan) berbagai objek. Pengetahuan konseptual meliputi prinsip (kaidah), hukum, teorema, atau rumus yang saling berkaitan dan terstruktur dengan baik (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Pengetahuan konseptual meliputi pengetahuan klasifikasi dan kategori, pengetahuan dasar dan umum, pengetahuan teori, model, dan struktur. Contoh pengembangan konsep yang relevan misalnya sebagai berikut:
1)    pengetahuan tentang teori evolusi dan rotasi bumi;
2)    pengetahuan tentang macam-macam hubungan interaksi dan sistem sosial;
3)    pengetahuan tentang struktur kalimat yang benar dan bagian-bagiannya;
4)    pengetahuan tentang fungsi peta dalam geografi;
5)    pengetahuan tentang hukum-hukum fisika dasar;
6)    pengetahuan tentang makanan sehat;
7)    pengetahuan tentang prinsip-prinsip pemerintahan desa;
8)    pengetahuan tentang prinsip-prinsip pertandingan dan perlombaan dalam olahraga;
9)    pengetahuan tentang dasar-dasar pengembangan karakter mulia;
10)    pengetahuan tentang penjumlahan dan pengurangan;
11)    pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar melukis.
         a.    Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana urutan langkah-langkah dalam melakukan sesuatu. Pengetahuan prosedural meliputi pengetahuan dari umum ke khusus dan algoritma, pengetahuan metode dan teknik khusus dan pengetahuan kriteria untuk menentukan penggunaan prosedur yang tepat (Anderson, L. & Krathwohl, D. 2001). Contoh pengetahuan prosedural antara lain sebagai berikut:
1)  pengetahuan tentang prosedur pemanfaatan panas matahari sebagai sumber tenaga;
2)  pengetahuan tentang prosedur pendirian organisasi sosial;
3)  pengetahuan tentang mengartikan kata yang didasarkan pada analisis struktur kalimat;
4)  pengetahuan tentang langkah-langkah pembuatan gambar peta;
5)  pengetahuan tentang langkah-langkah pengukuran tegangan listrik;
6)  pengetahuan tentang pola makan yang baik dan sehat;
7)  pengetahuan tentang tata cara pemilihan kepala desa;
8)  pengetahuan tentang langkah-langkah yang benar dalam start pada nomor lari dan nomor jalan;
9) pengetahuan tentang langkah-langkah pengembangan karakter mulia bagi peserta didik di sekolah;
10)    pengetahuan tentang langkah-langkah penjumlahan bilangan yang terdiri atas tiga angka;
11)    pengetahuan tentang teknik-teknik penerapan dan pembuatan karya lukis menggunakan cat air di atas kanvas.

Dekontektualisasi dan Kontekstualisasi Proses-proses Kognitif
 
Umumnya kita telah memahami tiap-tiap proses kognitif dalam isolasi atau tidak dalam konteks dikaitkan dengan konteks akademik tertentu. Kali ini kita akan mempelajari proses-proses itu dalam konteks dengan suatu tujuan pendidikan tertentu (yaitu sebagai proses-proses kognitif yang dikontekstualkan). Dengan cara ini, kita menyatukan proses-proses kognitif dengan dimensi pengetahuan. Tidak seperti proses-proses yang tidak terkontekstualisasikan (misalnya, perencanaan), proses-proses terkontekstualisasi terjadi dalam suatu konteks akademik tertentu (misalnya, merencanakan komposisi suatu esei literasi, merencanakan memecahkan soal cerita matematika, merencanakan melakukan eksperimen ilmiah).
    Dalam hal ini, meskipun lebih mudah untuk fokus pada proses-proses kognitif tidak terkontekstualisasikan, dua temuan dari penelitian dalam sains kognitif mengungkapkan peran penting dari konteks dalam belajar dan berfikir. Pertama, penelitian menunjukkan bahwa sifat proses kognitif bergantung pada mata pelajaran ke mana proses kognitif itu dikontekstualisasikan. Misalnya, belajar merencanakan pemecahan masalah matematika berbeda dengan belajar merencanakan komposisi esei literasi. Konsekwensinya, pengalaman dalam perencanaan matematika tidak dengan sendirinya membantu siswa belajar komposisi-komposisi esei. Kedua, penelitian pada asesmen autentikmenemukan bahwa sifat suatu proses kognitif bergantung pada keautentikan tugas itu ke mana proses kognitif itu dikontekstualisasikan. Misalnya, belajar untuk membuat rencana menulis (tanpa benar-benar menulis sebuah esei) berbeda dengan belajar membuat rencana dalam konteks benar-benar menghasilkan sebuah esei.
    Meskipun kita telah memahami proses-proses kognitif secara individual, proses-proses itu mungkin telah digunakan dalam koordinasi atau dalam kaitan satu dengan yang lain untuk memfasilitasi pembelajaran bermakna. Kebanyakan tugas-tugas akademik autentik memerlukan penggunaan beberapa proses kognitif di samping beberapa jenis pengetahuan. Misalnya, dalam memecahkan suatu soal cerita matematika, siswa dapat terlibat dalam:
•    menginterpretasikan (memahami setiap kalimat dalam masalah itu);
•    menghafal  (memanggil kembali pengetahuan faktual  yang dibutruhkan untuk memecahkan masalah tersebut);
•    mengorganisasikan (membangun suatu representasi yang logis dan saling bertautan dari informasi kunci yang terdapat  dalam masalah tersebut, yaitu, pengetahuan konseptual)
•    merencanakan (merencanakan suatu rencana solusi); dan
•    memproduksi (melaksanakan rencana itu, yaitu, pengetahuan prosedural)
Sama halnya, untuk menulis sebuah esei, seorang siswa dapat terlibat dalam:
•    mengingat (memanggil  informasi yang relevan yang dapat dimasukkan dalam esei tersebut);
•    merencanakan (memutuskan apa yang dimasukkan ke dalam esei tersebut, menentukan apa yang akan dikatakan, dan bagaimana mengatakannya);
•    memproduksi (menciptakan suatu produk tertulis); dan
•    mengkritisi  (memastikan esei tertulis itu “masuk akal”)

           Sebuah Contoh Tujuan Pendidikan yang Kontekstual

Dalam istilah paling sederhana, kerangka taksonomi yang direvisi itu dimaksudkan untuk membantu guru mengajar, siswa belajar, dan penilai menilai. Andaikan, sebagai misal, seorang guru memiliki tujuan sangat umum untuk siswa-siswanya: Ia ingin siswa-siswanya belajar tentang hukum Ohm. Ia merencanakan unit pengajaran yang sesuai. Karena tujuan itu masih sangat umum, unit ini potensial memasukkan semua empat jenis pengetahuan: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Sebuah contoh Pengetahuan faktual adalahsatuan arus adalah ampere, tegangan adalah volt, dan hambatan adalah ohm. Sebuah contoh Pengetahuanprosedural adalah langkah-langkah yang terlibat dalam penggunaan rumus itu untuk hukum Ohm adalah (tegangan = arus x hambatan) untuk menghitung nilai kuantitatif tegangan.
    Meskipun dua jenis pengetahuan ini adalah yang paling jelas dalam unit ini, suatu pemahaman paling mendalam atas hukum Ohm ini memerlukan dua jenis pengetahuan lain: Konseptual dan Metakognitif. Sebuah contoh Pengetahuan konseptual adalah struktur dan bekerjanya sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari baterai, kawat, dan sebuah lampu pijar. Sebuah rangkaian listrik merupakan sistem konseptual di mana terdapat hubungan sebab-akibat di antara elemen-elemennya (yaitu, jika lebih banyak baterai ditambahkan secara seri, tegangannya akan naik, yang akan menyebabkan kenaikan dalam aliran ekektron di dalam kawat yang diukur dengan kenaikan arus).  Sebagai contoh Pengetahuan metakognitif, guru itu dapat menginginkan siswa-siswanya mengetahui kapan menggunakan strategi mnemonic untuk mengingat nama hukum dan rumus itu. Guru itu juga dapat menginginkan mereka menetapkan tujuan mereka sendiri untuk belajar hukum Ohm dan penerapan-penerapannya.

Mengingat Apa yang Telah Dipelajari

Seperangkat tujuan terbatas untuk unit hukum Ohm dapat fokus semata-mata pada meningkatkan pengendapan atau ritensi. Tujuan untuk meningkatkan ritensi terutama didasarkan pada proses kognitif kategori Remember (Mengingat), yang meliputi recalling(mengingat) dan recognizing factual, procedural, conceptual, dan metacognitive knowledge (mengenali pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, dan metakognitif). Misalnya, sebuah tujuan untuk recalling factual knowledge (mengingat pengetahuah faktual) adalah: siswa akan dapat recall (mengingat) huruf-huruf apa sajakah yang terdapat pada rumus hukum Ohm. Sebuah tujuan untuk recalling procedural knowledge mengingat pengetahuan prosedural) adalah: siswa akan dapat recall (mengingat) langkah-langkah yang terlibat dalam penerapan hukum Ohm.
    Meskipun dua tujuan di atas jelas merupakan tujuan jenis-ritensi yang dimasukkan dalam unit tersebut, masih juga mungkin untuk mengembangkan tujuan jenis-ritensi  yang melibatkan Pengetahuan konseptual dan metakognitif. Untuk Pengetahuan konseptual, sebuah contoh tujuan adalah: siswa akan dapat menggambar di luar kepala, sebuah skema rangkaian listrik. Karena tujuan ini fokus pada mengingat, tiap-tiap gambar siswa dievaluasi dari sudut bagaimana miripnya skema siswa dibandingkan dengan skema di buku siswa atau skema terdahulu di papan tulis. Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Pengetahuan konseptual dan Pengetahuan metakognitif itudengan cara hafalan, berdasarkan bahan ajar yang dipresentasikan sebelumnya secara eksklusif. 
Apabila maksud keseluruhan dari unit tersebut adalah meningkatkan transfer pembelajaran atau high order thinking, tujuan Remember itu perlu dilengkapi dengan tujuan-tujuan yang melibatkan proses-proses kognitif yang lebih kompleks, seperti yang diuraikan berikut ini.
       Memahami dan Menggunakan Apa yang Telah Dipelajari
Jika kepedulian guru berpaling untuk meningkatkan berfikir tingkat tinggi, ia perlu mempertimbangkan seluruh rentang kategori proses kogitif tersebut.  Perhatikan begitu banyak kemungkinan yang ada atau tersirat di dalam daftar berikut ini.
•    Sebuah tujuan untuk interpreting factual knowledge (menginterpretasikan pengetahuan faktual): “Siswa seharusnya dapat mendefinisikan istilah-istilah kunci (misalnya, hambatan) dalam kata-kata mereka sendiri.”
•    Sebuah tujuan untuk explaining conceptual knowledge (menjelaskan pengetahuan konseptual): “Siswa seharusnya dapat menjelaskan apa yang terjadi terhadap besar arus listrik dalam sebuah rangkaian listrik jika terjadi perubahan dalam rangkaian tersebut (misalnya, dua batere yang semula dihubungkan seri kemudian dihubungkan  paralel).”
•    Sebuah tujuan untuk executing procedural knowledge (melaksanakan pengetahuan prosedural): “Siswa akan dapat menggunakan hukum Ohm untuk menghitung tegangan jika diberikan arus (dalam ampere) dan hambatan (dalam ohm).”
•    Sebuah tujuan untuk differentiating conceptual knowledge (memilah-milah pengetahuan konseptual): Siswa akan dapat menentukan informasi mana dalam soal cerita yang melibatkan hukum Ohm (misalnya, watt bola lampu, penampang kawat, tegangan baterai) dibutuhkan untuk menentukan hambatan.”
•    Sebuah tujuan untuk checking procedural knowledge (mengecek pengetahuan prosedural): “Siswa akan dapat menentukan apakah suatu rencana solusi untuk suatu pemecahan masalah hukum Ohm kemungkinan efektif dalam menyelesaikan masalah tersebut.”
•    Sebuah tujuan untuk critiquing metacognitive knowledge (mengkritisi pengetahuan metakognitif): “Siswa akan dapat memilih sebuah rencana untuk memecahkan masalah yang melibatkan hukum Ohm yang paling konsisten dengan tingkat pemahamannya saat ini.”
•    Sebuah tujuan untuk generating conceptual knowledge (menghasilkan pengetahuan konseptual).”: Siswa akan dapat menghasilkan cara-cara alternatif tentang peningkatan kecerahan cahaya dalam suatu rangkaian tanpa mengubah baterainya.”
Kita dapat mengikhtisarkan seluruh perangkat tujuan itu dalam unit pengajaran pada hukum Ohm ini menggunakan Tabel Taksonomi  (lihat Tabel 1). Tanda X menunjukkan tujuan-tujuan yang termasuk dalam unit ini berdasarkan pada contoh-contoh tujuan yang diberikan di atas. Tidak semua sel diisi; jadi, tidak semua kombinasi proses kognitif dan jenis pengetahuan dimasukkan dalam unit tersebut. Meskipun demikian, tabel ini dengan jelas menunjukkan unit ini memasukkan suatu ragam tujuan yang dibuat melampaui remember factual knowledge (mengingat pengetahuan faktual). Fokus uraian ini pada tujuan-tujuan pada unit-unit pengajaran yang menekankan bahwa cara mengajar dan pengasesan
tujuan-tujuan pengajaran yang paling efektif kemungkinan adalah melekatkan tujuan-tujuan itu dalam beberapa konteks dasar (seperti unit pengajaran hukum Ohm di atas) daripada fokus pada masing-masing tujuan pengajaran secara terisolasi.

Kesimpulan
Tujuan utama uraian di atas yang bersumber dari  Anderson & Krathwohl (2001) adalah mempelajari bagaimana pengajaran dan pengasesan dapat diperluas melampaui  suatu fokus eksklusif pada proses kognitif Remember. Pada Tabel 2 ditunjukkan 19 proses kognitif spesifik yang terkait dengan enam kategori proses. Dua dari 19 proses kognitif itu terkait dengan Remember; 17terkait dengan kategori proses di atas Remember: Understand, Apply, Analyze, Evaluate, dan Create.
    Analisis di atas memiliki implikasi untuk dua-duanya, pengajaran dan pengasesan. Pada sisi pengajaran, dua dari proses kognitif itu membantu meningkatkan ritensi pembelajaran, sedangkan 17 dari proses kognitif itu membantu meningkatkan transfer pebelajaran atau berfikir tingkat tinggi. Jadi, bila tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan transfer, tujuan pembelajaran itu seharusnya memasukkan proses-proses kognitif yang berkaitan dengan Understand, Apply, Analyze, Evaluate, dan Create. Deskripsi di atas dimaksudkan untuk membantu para evaluator menghasilkan rentang tujuan pembelajaran yang kemungkinan dihasilkan dalam dua-duanya retensi dan transfer.
    Pada sisi asesmen, analisis proses-proses kognitif di atas dimaksudkan untuk membantu pendidik (termasuk pengembang tes) memperluas asesmen pembelajaran mereka. Bila tujuan pengakaran adalah untuk meningkatkan transfer, tugas-tugas asesmen seharusnya mengandung proses-proses kognitif yang berada di atas mengingat. Meskipun tugas-tugas asesmen yang memasukkan recalling dan recognizing memiliki tempat dalam asesmen, tugas-tugas ini dapat (dan sering seharusnya) dilengkapi dengan tugas-tugas yang memasukkan rentang proses-proses kognitif seutuhnya yang dibutuhkan untuk transfer pembelajaran.

PROCES                                                                      COGNITIVE PROCESSES
CATEGORIES                                                                      AND EXAMPLES
KATEGORI  PROSES-PROSES KOGNITIF
PROSESDAN CONTOH
 
1.REMEMBER: Retrieve relevant knowledge from long-term memory.
   MENGINGAT: Memanggil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
   1.1   RECOGNIZING(e.g., Recognize the dates of important events in US history)
        MENGENALI: (misalnya, Mengenali tanggal-tanggal peristiwa penting dalam sejarah Amerika)
    1.2   RECALLING (e.g.,Recall the dates of important events in US history)
           MENGINGAT(misalnya,Mengingat tanggal-tanggal peristiwa penting dalam sejarah Amerika)
2.    UNDERSTAND: Construct meaning from instructional massages, including oral, written, and      graphic communication.
MEMAHAMI: Membangun makna dari pesan-pesan pengajaran, termasuk lisan, tertulis, dan komunikasi grafik.
2.1   INTERPRETING   (e.g., Paraphrase important speeches and documents)
     MENAFSIRKAN  (misalnya, Mengucapkan dengan kata-kata sendiri pidato dan dokumen)
2.2   EXEMPLIFYING   (e.g., Give examples of various artistic painting styles)
     MEMBERI CONTOH(misalnya, Memberi contoh berbagai gaya melukis artistik)
2.3   CLASSIFYING  (e.g., Classify observed or described cases of mental disorders)
  MENGKLASIFIKASIKAN(misalnya, Mengklasifikasikan kasus-kasus gangguan mental yang teramati atau yang dideskribsikan)
2.4   SUMMARIZING  (e.g., Write a short summary of the events portrayed on vidiotapes)
     MENGIHKTISARKAN  (misalnya,Menulisikhtisar singkat dari kejadian-kejadian yang direkam pada pitavideo)
2.5   INFERRING (e.g., In learning a foreign language, infer grammatical principles from examples)
MENARIK KESIMPULAN (misalnya, Dalam belajar bahasa asing, menarik kesimpulan prinsip-prinsip tata bahasa dari  contoh-contoh)
2.6   COMPARING  (e.g., Compare historical events to contemporary situations)
MEMBANDINGKAN (misalnya, Membanding peristiwa-peristiwa sejarah dengan situasi-situasi saat ini)
2.7   EXPLAINING (e.g., Explain the causes of important eighteenth-century events in France)
MENJELASKAN(misalnya, Menjelaskan sebab-sebab peristiwa-peristiwa penting abad-delapanbelas di  Perancis)
3.    APPLY: Carry outor use a procedure in a given situation.
MENERAPKAN: Melaksanakan atau menggunakan suatu prosedur dalam suatu situasi tertentu.
3.1   EXECUTING  (e.g., Divide one whole number by another whole number, both with multiple digits)
MELAKSANAKAN (misalnya, Membagi sebuah bilangan bulat dengan bilangan bulat lain,  dua-duanya dengan digit banyak)
3.2   IMPLEMENTING (e.g., Determine in which situations Newton’s second low is appropriate)
MENERAPKAN (misalnya, Menentukan dalam situasi-situasi mana hukum kedua Newton cocok)
4.    ANALYZE: Break material into constituent parts and determine how parts relate to one another and to an overall structure or purpose.
MENGANALISIIS: Memecah bahan menjadi bagian-bagian pokok dan menentukan bagaimana bagian-bagian itu berhubungan satu sama lain dan berhubungan pada keseluruhan struktur atau kegunaan.
4.1   DEFFERENTIATING  (e.g., Distinguish between relevant and irrelevant numbers in a   mathematical word problem)
MEMBEDAKAN (misalnya, Membedakan antara angka-angka yang relevan dan tidak relevan dalam sebuah soal cerita matematika)
4.2   ORGANIZING  (e.g., Structure evidence in a historical description into evidence for and  against a particular historical explanation)
MENGORGANISASIKAN(misalnya, Menyusun bukti dalam suatu deskripsi historis menjadi bukti untuk mendukung dan menentang suatu penjelasan historis tertentu)
4.3   ATTRIBUTING (e.g., Determine the point of view of the author of an essay in terms of his
or her political perspective)
MENGANGGAP (Misalnya, Menetukan pandangan penulis dari sebuah karangan dari sudut perspektif  DISEBABKAN OLEH politiknya)
5.    EVALUATE: Make judgements based on criteria and standards.
MENILAI:Membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan standar.
5.1   CHECKING (e.g., Determine whether a scientist’s conclusions follow from observed data)
MEMERIKSA(misalnya, Menentukan apakah kesimpulan yang dibuat oleh seorang ilmuwan berdasarkan  data hasil pengamtan)
5.2   CRITIQUING (e.g., Judge which of two methods is the best way to solve a given problem)
MENGKRITISI (misalnya, Menilai yang mana dari dua metode merupakan cara terbaik untuk memecahkan  masalah tertentu)
6. CREATE: Put elements together to form a coherent or functional whole; reorganize elements into a new pattern.
MENCIPTA: Menyusun elemen-elemen menjadi satu untuk membentuk suatu keseluruhan yang masuk akal dan fungsional; mengorganisasikan ulang elemen-elemen menjadi suatu pola baru.
6.1  GENERATING  (e.g., Generate hyphotheses to acount for an observed phenomenon)
MENGHASILKAN  (misalnya, Merumuskan hipotesis untuk menjelaskan suatu gejala yang diamati)
6.2   PLANNING (e.g., Plan a research paper on a given historical topic)
MERENCANAKAN  (misalnya, Merencanakan sebuah makalah berbasis riset tentang suatu topik kesejarahan  tertentu}
6.3     PRODUCING   (e.g., Build habitats for certain species for certain purposes)
MEMPRODUKSI                       (misalnya, Membangun habitat untuk spesies tertentu untuk maksud tertentu)
THE MAJOR TYPES AND SUBTYPES OF THE
KNOWLEDGE DIMENSIONS
JENIS UTAMA DAN SUBJENIS DIMENSI PENGETAHUAN
MAJOR TYPES AND SUBTYPES                                                         EXAMPLES
JENIS UTAMA DAN SUBJENIS                                                                                 CONTOH
A.    FAKTUAL KNOWLEDGE: The basic elements students must know to be aquainted with a
discipline or solve problems in it.
PENGETAHUAN FAKTUAL: Elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa agar mengenal disiplin ilmu atau
memecahkan masalah dalam disiplin itu.
A1. Knowledge of terminology                              Technical vocabulary, musical symbols
Pengetahuan tentang istilahKosakata teknis, simbol-simbol musik
A2.  Knowledge of specific details and                  Major natural resources, reliable resourses of
elements                                                             information
Pengetahuan tentang detail dan elemen-                   Sumber-sumber alam utama, sumber-sumber informasi  
elemen tertentu                                                                yang dapat diandalkan

B.    CONCEPTUAL KNOWLEDGE: The interrelationship among the basic elements within larger
structure that enable them to function together
PENGETAHUAN KONSEPTUAL: Hubungan timbal-balik antara elemen-elemen dasar dalam struktur lebih
besar yang memungkinkan elemen-elemen itu berfungsi bersama
B1.  Knowledge of classification                            Periods of geological time, forms of business
        and categories                                                  ownership
Pengetahuan tentang klasifikasi dan                           Periode waktu geologis, bentuk-bentuk kepemilikan bisnis
          Kategori
B2.  Knowledge of principles and                          Pytagorean theorem, law of supply and demand
generalizations
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip                          Teorema Pitagoras, hukum persediaan dan permintaan
dan generalisasi
B3.  Knowledge of theories, models, and            Theory of evolution, structure of Congress
        structures
Pengetahuan tentang teori, model, dan                     Teori evolusi, struktur Kongres
          struktur
C.    PROCEDURAL  KNOWLEDGE: How to do something, methods of inquiry, and criteria for
using skills, algorithms, techniques, and methods
PENGETAHUAN PROSEDURAL:Bagaimana melakukan sesuatu, metode inkuiri, dan kriteria untuk
menggunakan keterampilan, algoritme, teknik, metode
C1. Knowledge subject-specific skills   Skills used in painting with watercolors,   and algoritmswhole-number division algorithm Pengetahuan tentang keterampilan dan                 Keterampilan melukis menggunakan catair, algoritme algoritme bidang keahlian spesifik  pembagian bilangan bulat
C2.  Knowledge of subject-specific Interviewing techniques, scientific method  techniques and methods
Pengetahuan tentang teknik dan metode Teknik-teknik melakukan interviu, metode ilmiah bidang keahlian spesifik
C3.  Knowledge of criteria for determining        Criteria used to determine when to apply a
        when to use appropriate procedures procedure involving Newton’s second law,  criteria used to judge the feasibility of using a      
 paticular method to estimate business costs
Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan    Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan kapan menggunakan prosedur yang sesuai menerapkan suatu prosedur yang melibatkan hukum   kedua Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai    kelayakan penggunaan metode tertentu untuk menaksir  biaya bisnis
D.    METACOGNITIVE KNOWLEDGE: Knowledge of cognition in general as well as awareness and knowledge of one’s own cognition
PENGETAHUAN METAKOGNITIF: Pengetahuan tentang kognisi pada umumnya di samping kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya sendiri
D1.  Strategic knowledge  Knowledge of outlining as a means of capturing     the structure of a unit of subject matter in a textbook, knowledge of the use of heuristics
Pengetahuan strategis  Pengetahuan tentang membuat garis besar sebagai alat untuk memahami struktur dari suatu unit bidang kajian dalam sebuah buku teks
D2.Knowledge aboutcognitive tasks,Knowledge of the types of tests particular
including appropriate contextual and teachers administer, knowledge of the cognitive
conditional knowledgedemands of different tasks
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, Pengetahuan tentang jenis-jenis tes yang
termasuk pengetahuan kontekstual dan dipakai guru tertentu,
kondisional yang sesuaipengetahuan tentang tuntutan kognitif tugas-tugas yang berbeda
D3.  Self-knowledge  Knowledge that critiquing essays is a personal strength, whereas writing essays is a personal weakness; awareness of one’s own knowledge level
Pengetahuan tentang diiri-sendiri  Pengetahuan bahwa mengkritisi esai merupakan kekuatan diri sendiri, sedangkan menulis esei merupakan kelemahan diri sendiri; kesadaran akan tingkat pengetahuan diri sendiri               

GAMBAR 1  BAGAIMANA TUJUAN (SISWA AKAN BELAJAR MENERAPKAN PEN
Daftar Pustaka

Anderson & Krathwohl. 2001. A Taxonomi for Learning, Teaching, and Assessing A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Kemendikbud Ditjen DikdasDitbin SMP. 2013. Model Penilaian Pencapaian Kompetensi Peserta DidikSekolah Menengah Pertama.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013
TentangStandar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. BELAJARYUK! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger