BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia, karena hal ini merupakan usaha untuk membina
kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Salah satu bagian
dari pendidikan yang merupakan hal penting dan mendasar yang harus dipahami
adalah matematika. Matematika mempunyai fungsi penting, karena merupakan salah
satu alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam kehidupan sehari-haripun
konmsep dan prinsip matematika banyak digunakan dan diperlukan
Demikian pentingnya peranan matematika sehingga
matematika diajarkan di sekolah mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Menyadari peranannya yang sangat penting, maka pendidikan matematika diharapkan
mampu menumbuhkan daya nalar siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Soedjadi
(2000: 138), “Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapan
maupun penalarannya, mempunyai peranan penting dalam penguasaan ilmu dan
teknologi.” Selanjutnya “Pembudayaan nalar akan mungkin tercapai apabila upaya
penataan nalar peserta didik dapat sejalan dengan baik sehingg adapat
menimbulkan kebiasaan menalar.” Kemampuan penalaran yang dibangun melalui
pembelajaran matematika akan sangat membantu siswa apabila kelak menghadapi
berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Namun pada kenyataannya matematika di sekolah masih
dianggap sebagai momok yang menakutkan bagi sebagian siswa. Rendahnya prestasi
matematika mungkin sebagian terjadi karena kekurangmampuan guru dalam
menyelenggara-kan proses pembelajaran yang memenuhi tuntutan perkembangan,
sebagian lagi mungkin terjadi karena kekeliruan cara pandang para guru terhadap
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran sebagian besar masih dilakukan dalam
bentuk ceramah, belum diarahkan pada proses aktif siswa mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Di sekolah, guru masih tetap merupakan sumber
belajar yang paling dominan, tetapi pemanfaatan sumber belajar belum beragam.
Proses pembelajaran sebagian besar juga masih berpusat pada kegiatan
mendengarkan dan menghafalkan, belum diarahkan pada kegiatan belajar siswa
secara aktif.
Salah satu model pembelajaran yang memberikan peluang
terjadinya proses aktif siswa mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuannya, pemanfaatanm sumber belajar secara beragam, dan membri peluang
siswa bekerja sama adalah pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran
kooperatif soswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu
sama lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Thompson dan Smith (dalam
Ratumanan, 2004: 130), bahwa dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan
keteranpilan antar pribadi. Pada pembelajaran kooperatif, aspek sosial sangat
menonjol dan siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
Ada beberapa tipe pada pembelajaran kooperatif
diantaranya adalah: Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams
Games Turnaments (TGT), namun pada makalah ini hanya akan dibicarakan mengenai
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pembelajaran kooperatif tipe TGT selain
memberikan siswa terampil dalam bekerja sama juga terampil dalam berkompetisi.
Keterampilan berkompetisi inilah yang tidak dimiliki oleh tipe-tipe lain dalam
pembelajaran kooperatif. Dengan adanya keterampilan berkompetisi diharapkan
siswa mempunyai daya saing yang sangat tinggi. Keterampilan berkompetsisi pada
pembelajaran kooperatif tipe TGT ada pada kegiatan turnamen. Dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT kegiatan pembelajarannya berupa presentasi, belajar
kelompok, turnamen, dan penghargaan. Dalam kegiatan turnamen siswa bertanding
mewakili kelompoknya dengan anggota kelompok lain yang setara dalam kemampuan
akademiknya.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk
menulis makalah dengan judul “Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games
Tournaments) untuk Pokok Bahasan Himpunan di Kelas VII SMP
B. Rumusan
Pertanyaan
Berdasarkan latar belakang di atas mana dirumuskan
pertanyaan sebagai berikut: “Bagaimanakah contoh rencana pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) untuk pokok bahasan himpunan di
kelas VII SMP?”
C. Tujuan
Penulisan
Berkaitan dengan rumusan pertanyaan, maka tujuan
penuilisan makalah ini adalah untuk menghasilkan contoh rencana pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) unuk pokok bahasan himpunan di
kelas VII SMP.
D. Batasan
Istilah
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran maka
perlu dijelaskan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
Kooperatif adalah pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, ras, dan latar
belakang yang heterogen untuk mempelajari suatu metari, menuntut kerjasama
siswa dan saling ketergantungan pada struktur tugas, struktur tujuan dan
struktur penghargaan (Ibrahim, 2005).
2.
Pembelajaran
Kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) adalah pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok belajar untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan guru dan melaksanakan turnamen sebagai ganti dari tes tertulis
(Ratumanan, 2004).
3.
Rencana
pembelajaran adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan
siswa dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan siswa
dan guru.
4.
Himpunan
adalah salahs atu materi yang diajarkan di kelas VII.
E. Batasan
Penulisan
Dalam makalah ini penulis hanya membahas materi himpunan
untuk sub pokok bahasan himpunan bagian.
F. Manfaat
Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi guru matematika atau pertimbangan bagi guru-guru yang ingin
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai salah satu alternatif
pembelajaran khususnya untuk pokok bahasan himpunan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Menurut Kauchak dan Eggen (1993), belajar kooperatif
merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu
satu dengan yang lain dalam mempelajari sesuatu.
Menurut
Slavin (1995), dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dalam kelompok
kecil yang saling membantu untuk mempelajari suatu materi.
Menurut
Thompson dan Smith (1995), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari materi akademik dan
keterampilan antar pribadi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas ketuntasan
tugas-tugas kelompok dan untuk mempelajari materi itu sendiri.
Dari berbagai definisi diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok dengan tingkat kemampuan, jenis
kelamin maupun latarbelakang yang berbeda untuk saling membantu, saling bekerja
sama dan bertanggung jawab antara satu dengan lainnya untuk menyelesaikan
tugas-tugas dan mencapai tujuan belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok tersebut belum menguasai
bahan pelajaran.
Tidaklah
cukup menunjukkan pembelajaran kooperatif jika siswanya duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah sendiri-sendiri, dan bukan
pula sebuah pembelajaran kooperatif jika mempersilahkan salah seorang
diantaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Pembelajaran
kooperatif lebih menekankan pada interaksi dan kerjasama sebagai sebuah tim
dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
B.
Struktur
Tujuan
Struktur tujuan dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Individualistik
Pencapaian tujuan dalam
suatu pembelajaran tidak memerlukan bantuan atau interaksi dengan orang lain.
2. Kompetitif
Seseorang mampu mencapai tujuan jika dan hanya
jika orang lain tidak bisa mencapai tujuan tersebut.
3. Kooperatif
Seseorang bisa mencapai
tujuannya jika dan hanya jika ia bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan tersebut
C.
Unsur Dinamis
Menurut Lundgren (1994), unsur-unsur yang perlu ditanamkan kepada siswa agar
pembelajaran kooperatif dapat lebih efektif adalah sebagai berikut:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa
mereka “tenggelam” atau “berenang” bersama.
b. Para siswa memiliki tanggung jawab
terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap
diri sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa
mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.
d. Para siswa haris membagi tugas dan
berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara para anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan satu evaluasi
atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan
sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
D.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Selain unsur-unsur yang perlu ditanamkan kepada
siswa dalam pembelajaran, menurut Arends
(dalam Ratumanan, 2004:132),model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai 3 tujuan,yaitu:
1. Prestasi akademik
Belajar
kooperatif sangat menguntungkan baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi
ataupun kemampuan rendah. Siswa berkemampuan lebih tinggi dapat menjadi tutor
bagi siswa yang berkemampuan rendah. Dalam proses ini siswa berkemampuan lebih
tinggi secara akademik mendapat keuntungan, karena pengetahuannya dapat lebih
mendalam.
2. Penerimaan akan keanekaragaman
Belajar
kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi sosial untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas rutin, dan
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif dapat belajar menghargai
satu sama lain.
3. Pengembangan keterampilan social
Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan
pada siswa keterampilan-keterampilan kerjasama. Keterampilan ini sangat penting
karena dibutuhkan siswa pada saat berada dalam masyarakat.
E.
Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif diperlukan
keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.
Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan “hubungan
kerja” dan “tugas”.Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan
komunikasi antar kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi
tugas antar anggota kelompok. Lundgren (1994) merinci keterampilan kooperatif
tersebut sebagai berikut:
a. Keterampilan kooperatif tingkat
awal,antara lain:
a) Menggunakan kesepakatan, yakni
menyamakan pendapat (opini).
b) Menghargai kontribusi, yakni
memperhatikan apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota lain dalam
kelompok.
c) Mengambil giliran dan berbagi tugas,
yakni menggantikan yeman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab
tertentu dalam kelompok.
d) Berada dalam kelompok, yakni tetap dalam
kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.
e) Berada dalam tugas, yakni tetap
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
f) Mendorong partisipasi, yakni memotivasi
semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi.
g) Mengundang orang lain untuk berbicara,
yakni meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi dalam tugas.
h) Menyelesaikan tugas tepat pada waktunya,
yakni menyelesaikan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
i) Menghormati perbedaan individu, yakni
menghormati keunikan,pengalaman hidup
dan etnis dari semua siswa.
b. Keterampilan kooperatif tungkat menengah,antara lain:
·
Menunjukkan
penghargaan dan simpati, yakni menunjukkan rasa hormat,pengertian dan
sensitivitas terhadap opini (pendapat) yang berbeda.
·
Mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, yakni menyatakan opini atau
jawaban yang berbeda dengan cara yang sopan dan sikap yang baik.
·
Mendengarkan
dengan aktif, yakni menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara
mengetahui bahwa anda secara energik menyerap informasi.
·
Bertanya,
yakni meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi lebih lanjut.
·
Membuat
ringkasan, yakni mereview informasi.
·
Menafsirkan,
yakni menyampikan kembali informasi dengan kalimat berbeda.
·
Mengatur
dan mengorganisir , yakni merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat
diselesaikan secara efisien dan efektif.
·
Menerima
tanggung jawab, yakni bersedia menuntaskan tugas-tugas dan kewajiban untuk diri
sendiri dan kelompok.
·
Menggunakan
kesabaran, yakni bersikap toleransi tetap pada pekerjaan dan bukan pada
kesulitan-kesulitan, tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.
·
Tetap
tenang/mengurangi ketegangan, yakni menciptakan suasana damai dalam kelompok.
c. Ketermpilan tingkat mahir,atara lain:
1. Mengelaborasi, yakni memperluas
konsep,membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat -pendapat dengan topik
tertentu.
2. Memeriksa dengan cermat, yakni
menanyakan secara mendalam tentang suatu pokok pembicaraan untuk mendapatkan
jawaban yang benar, misalkan dengan kata “mengapa?” dan “dapatkah kamu berikan
suatu contoh?”.
3. Menanyakan untuk justifikasi, yakni
menunjukkann bahwa jawaban benar atau memberikan alasan pada jawaban.
4. Menganjurkan suatu posisi, yakni
mengambil posisi dalam suatu masalah atau isu.
5. Menetapkan tujuan, yakni menentukan
prioritas-prioritas.
5. Berkompromi, yakni menentukan isu-isu
(pokok permasalahan ) dengan persetujuan bersama. Kompromi membangun rasa
hormat pada orang lain dan mengurangi konflik antar personal.
6. Menghadapi masalah khusus, yakni
menunjukkan masalah dengan memakai pesan “saya”, tidak menuduh,memanggil nama
atau tidak menggunakan sindiran; menunjukkan bahwa hanya perilaku yang dapat
diubah bukan kegagalan atau ketidakmampuan pribadi, bertujuan untuk
menyelesaikan masalah bukan memenangkan masalah.
F.
Kelebihan dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kooperatif
1. Kelebihan kooperatif, yaitu:
·
Meningkatkan harga diri tiap individu
·
Penerimaan
terhadap perbedaan indinvidu yang lebih besar
·
Konflik
antar pribadi berkurang
·
Sikap
apatis berkurang
·
Pemahaman
yang lebih mendalam
·
Retensi
atau penyimpanan lebih lama
·
Meningkatkan
kebaikan budi,kepekaan dan toleransi
·
Model
pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam sistem kompetisi dan
keterasingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
·
Meningkatkan
kemajuan belajar ( pencapaian akademik)
·
Meningkatkan
kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
2. Kelemahan kooperatif, yaitu:
a.Guru khawatir bahwa akan terjadi
kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini
dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan
diluar kelas seperti di laboratorium matematika, aula, atau tempat yang
terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila
disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja
melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu
merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. Siswa
yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih
payahnya. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran
kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan
psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok,
keaktifan dalam kelomopk serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-waspada anggota kelompok
akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok. Karaketristik pribadi tidak luntur hanya
karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila
disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa tidak akan
terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh
pekerjaan tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata,
setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapatnya
dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu.
0 komentar :
Posting Komentar