BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu pesat pada era
globalisasi, membawa perubahan pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada sistem
pendidikan dan pembelajaran. Hal ini menuntut adanya upaya yang efektif pada
sistem pendidikan dan pembelajaran di Indonesia baik formal maupun informal.
Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang terdapat dalam kurikulum pendidikan. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting
karena matematika merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang lain. Matematika sebagai
ilmu dasar, telah berkembang dengan pesat, baik materi maupun kegunaannya.
Menurut Dreeben (dalam Hamzah, 2001:7)
matematika diajarkan di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan jangka panjang
(long-term functional needs) bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan
menurut Sujono (dalam Hamzah, 2001:8) matematika perlu diajarkan di sekolah
karena matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika
menyiapkan siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan
matematika membantu siswa mengembangkan karakternya. Pendapat yang lain adalah
pendapat Stanic (dalam Hamzah, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa,
peningkatan sifat kreativitas, dan kritis. Selain beberapa pendapat di atas, diungkapkan
juga dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan
umum diberikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi
dua hal yaitu: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika
dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk melatih siswa bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jenius, dan efektif, serta membentuk keterampilan siswa dalam penerapan matematika, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan
lainnya.
Dalam
realitasnya, banyak siswa yang kurang berminat terhadap pelajaran matematika.
Banyak siswa yang menganggap matematika sulit, menakutkan, dan membosankan. Hal
ini akan mempengaruhi pada sikap dan hasil belajar matematika yang kurang baik
sehingga mengakibatkan ketidaktercapainya tujuan pembelajaran matematika di
sekolah.
Guru
memiliki peranan yang cukup penting untuk mencapai tujuan dari pembelajaran
matematika di sekolah. Dalam mengajar matematika, seorang guru matematika
hendaklah berpedoman pada bagaimana mengajar matematika itu sehingga siswa
dapat belajar matematika dengan baik. Guru harus mampu menciptakan pembelajaran
yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan dan inovatif (PAKEMI).
Seorang guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, metode
dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga
belajar matematika menjadi menyenangkan.
Dalam
realitasnya, banyak guru yang cenderung masih mempertahankan penggunaan model
pembelajaran konvensional yang cenderung mengondisikan siswa untuk belajar
pasif. Guru tidak banyak memberikan kesempatan siswa untuk membentuk cara
berfikir yang kreatif dan terbuka. Bahkan guru juga cenderung membentuk sikap
individual pada siswa sehingga banyak siswa yang cenderung tidak mampu
bersosialisasi dengan baik di kelas. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun
sendiri oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri karena mereka jarang menemukan
jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari. Dari uraian tersebut
maka pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif.
Untuk
memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu model pembelajaran yang lebih
tepat dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berpikir kreatif. Atas
dasar itulah peneliti mencoba mengembangkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam
pembelajaran matematika.
Pembelajaran
kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan
mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Model Pembelajaran kooperatif TGT
jarang digunakan oleh guru di sekolah. Pembelajaran kooperatif TGT juga
memiliki manfaat yang cukup besar apabila bisa diterapkan dengan baik. Pada materi peluang, siswa cenderung kesulitan
untuk memahami soal sehingga sulit untuk menyelesaikan soal tersebut. Hal
tersebut menjadikan siswa malas untuk mengerjakan soal. Sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi siswa untuk memahami materi
peluang tersebut dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan hal yang
disebutkan di atas maka penulis memilih pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
judul:
“Keefektifan Pembelajaran Matematika Dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) pada Pokok Bahasan Peluang di Kelas XI IPA SMA Hang Tuah 4
Surabaya Tahun Pelajaran 2011 – 2012”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas maka peneliti dapat merumuskan
masalah bagaimana keefektifan pembelajaran kooperatif tipe TGT
dari empat aspek sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar
siswa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan
Peluang di kelas
XI IPA SMA Hang
Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2011 - 2012?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa
selama proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada pokok bahasan Peluang di kelas XI IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran
2011 - 2012?
3. Bagaimanakah kemampuan guru
mengelola pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan Peluang
di kelas XI
IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2011 -
2012?
4. Bagaimanakah respon siswa
terhadap proses pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada pokok bahasan Peluang di kelas XI IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran
2011 - 2012?
C. TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah diuraikan sebelumnya maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui hal - hal atau aspek - aspek berikut:
1. Hasil belajar siswa melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
pokok bahasan Peluang di kelas XI IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2011 –
2012.
2. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan Peluang
di kelas XI
IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2011 -
2012.
3. Kemampuan guru mengelola
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan Peluang
di kelas XI
IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2011 -
2012.
4. Respon siswa terhadap proses
pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan Peluang
di kelas XI
IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya Tahun Pelajaran 2011 -
2012.
D.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagi siswa
-
Memberikan
motivasi kepada siswa sehingga merasa nyaman dalam pembelajaran matematika.
-
Meningkatkan hasil belajar siswa.
2.
Bagi guru
-
Sebagai
bahan pertimbangan, perbandingan, dan tindak lanjut terhadap
kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran matematika
khususnya pada pokok bahasan persamaan kuadrat.
-
Dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk memperbaiki proses
pembelajaran matematika.
-
Dapat
digunakan sebagai bahan referensi atau masukkan tentang model pembelajaran yang
efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Bagi
peneliti
-
Untuk
menambah pengetahuan tentang penerapan kongkrit model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dalam pembelajaran matematika di sekolah.
-
Sebagai bekal pada saat peneliti menjadi
pendidik nantinya.
4. Bagi peneliti
lain
-
Untuk menambah pengetahuan tentang
pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe TGT.
-
Sebagai referensi untuk penelitian lainnya.
E.
BATASAN ISTILAH
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap
penelitian ini, perlu adanya penjelasan sebagai berikut:
1. Keefektifan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini dicapai apabila paling sedikit memenuhi tiga dari empat aspek sebagai berikut: siswa tuntas dalam hasil belajarnya, siswa
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, guru mampu mengelola
pembelajaran dengan baik, siswa memberikan respon positif terhadap kegiatan pembelajaran, dan ketuntasan belajar siswa harus dipenuhi.
2.
Pembelajaran
Matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan belajar mengajar
matematika di Sekolah Menengah Atas (SMA).
3. Model Pembelajaran Kooperatif
adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok terdiri dari 5-6 siswa
yang heterogen dan saling membantu dalam belajar.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
tipe TGT
adalah salah satu
tipe atau model pembelajaran kooperatif yang melibatkan seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan
mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang
dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat, dan keterlibatan belajar.
5.
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat
dari kegiatan belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
siswa. Hasil belajar ini diukur dengan menggunakan post tes.
6.
Aktivitas siswa diartikan sebagai tingkah laku siswa yang muncul selama
pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut dapat
berupa aktivitas yang relevan dan tidak relevan. Aktivitas yang relevan meliputi: mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru/teman, membaca
(buku/LKS), mengerjakan/mendiskusikan tugas,
berdiskusi/bertanya antara guru dan siswa, menyajikan hasil diskusi,
mencatat/merangkum materi pelajaran, menulis yang relevan. Sedangkan aktivitas yang
tidak relevan meliputi perilaku yang bertentangan
dengan aktivitas yang relevan.
7. Pengelolaan pembelajaran
kooperatif adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif yang
meliputi menyampaikan pendahuluan, mempresentasikan materi, mengajukan
pertanyaan, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok, melatih keterampilan kooperatif, membimbing kelompok secara
bergantian, membimbing siswa dalam menyajikan hasil diskusi kelompoknya,
memberikan resitasi atau umpan balik dan evaluasi, memberikan penghargaan,
membimbing siswa membuat rangkuman materi pelajaran, pengelolaan waktu, dan
suasana kelas.
8. Respon siswa didefinisikan
sebagai tanggapan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar, diukur dengan
mengisi angket setelah kegiatan belajar selesai.
9. Peluang merupakan salah satu bab yang ada pada pelajaran matematika SMA
Kelas XI IPA
Semester 1 yang didalamnya dijelaskan mengenai kaidah pencacahan, kejadian dan peluang suatu kejadian, dan kejadian
majemuk.
F. ASUMSI
DAN KETERBATASAN
1.
Asumsi
a.
Siswa menyelesaikan soal-soal atau kuis sesuai kemampuannya sendiri karena
selama mengerjakan soal diawasi oleh peneliti dan guru.
b.
Siswa mengisi angket sesuai pendapat sesungguhnya karena sudah
diberitahukan bahwa pengisian angket tidak berpengaruh pada nilai.
c.
Pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dilakukan secara obyektif.
2. Keterbatasan
Peneliti hanya melakukan penelitian pokok
bahasan Peluang khususnya pada sub
pokok bahasan peluang suatu kejadian dan penafsirannya
yang diajarkan pada semester satu kelas XI IPA SMA Hang Tuah 4 Surabaya, karena keterbatasan waktu
dan biaya sehingga hasilnya tidak bisa diadakan generalisasi.
0 komentar :
Posting Komentar