BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
Belajar dan mengajar adalah dua hal yang berbeda,
keduanya saling berkaitan. Mengajar akan efektif bila kemampuan berfikir anak
diperhatikan dan karena itu perhatian ditunjukkan pada kesiapan struktur
kognitif siswa. Adapun struktur kognitif mengacu pada organisasi pengetahuan
atau pengalaman yang telah dikuasai seorang siswa yang memungkinkan siswa itu
dapat menangkap ide-ide atau konsep-konsep baru.
Belajar matematika itu memerlukan pemahaman terhadap
konsep-konsep . Konsep-konsep ini yang akhirnya melahirkan teorema atau rumus.
Agar konsep dan teorema dapat diaplikasikan ke situasi yang lain. Perlu adanya
ketrampilan menggunakan konsep-konsep dan teorema-teorema.
Herman Hudoyo
(1978:80) mengatakan bahwa kesiapan dalam menerima pelajaran merupakan suatu
variabel yang penting di dalam situasi belajar, tetapi tidak bisa menantikan
kesiapan itu timbul dengan sendirinya. Sedangkan menurut Herman Hudoyo
(1979:79), mengtakan bahwa mengajar matematika tanpa memperhatikan kesiapan intelektual
anak itu sama akan membuang waktu-waktu saja. Oleh karena itu Herman Hudoyo memberikan 3
langkah dalam belajar mengajar matematika yaitu :
a.
Kesiapan intelektual siswa merupakan variabel
yang penting didalam menyusun rencana pengajaran.
b.
Dalam mengajar matematika, hakekat matematika
harus diperhitungkan.
c.
Rencana sajian konsep,
struktur dan generalisasi didalam matematika yang didasarkan teori belajar
mengajar.
Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi,
karena berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi symbol-simbol yang tersusun
secara herarkis dan penalaran dedukatif. Sehingga dalam mempelajarinya belajar
matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi, sehingga dalam mempelajarinya
haruslah bertahap, berurut dan kontinyu serta berdasarkan pada pengalaman
belajar yang lalu dari seseorang, itu akan mempengaruhi terjadinya proses
belajar mengajar matematika.
Seperti pendapat Herman Hudoyo (1990:5), apabila
mempelajari konsep B seseorang terlebih dahulu harus memahami konsep A, tanpa memahami
konsep A, tidak mungkin orang itu akan memahami konsep B. Hal ini menunjukkan
dalam mempelajari matematika haruslah bertahap serta mendasar kepada pengalaman
belajar masa lalu. Begitu juga tentang frekuensi belajar. Herman Hudoyo
(1990:5) berpendapat karena keherarkisan matematika itu, maka belajar
matematika yang tidak kontinyu mengganggu terjadinya proses belajar. Ini
berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila belajar
itu sendiri dilakukan secara kontinyu.
Teori belajar tidak
kalah pentingnya dan sangat membantu pengajar dalam menyampaikan bahan
pelajaran kepada peserta didik. Dengan memahami teori belajar, pengajar akan
memahami proses terjadinya belajar. Manusia dan pengajar mengerti dan bagaimana
seharusnya memberikan stimulasi sehingga peserta didik menyukai belajar. Dengan
begitu pengajar dapat memprediksi secara jitu dan balasan tentang keberhasilan
belajar peserta didiknya. Herman Hudoyo (1990:14) mengatakan kalau tanggung
jawab pengajar adalah mengelolah kelas sehingga memungkinkan tingkah laku
peserta didik menjadi benar secara maksimal dalam proses belajar mengajar.
0 komentar :
Posting Komentar